Sunday, June 24, 2012

MANAJEMEN PERDAGANGAN RITEL

Lini produk adalah kelompok produk yang berhubungan erat karena fungsinya serupa, dijual kepada kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan lewat jenis toko yang sama, dan masuk dalam kisaran harga yang sudah ada.

Panjang lini produk
Manajer lini produk harus memutuskan seberapa panjang lini produk. Lini produk terlalu pendek, bila manajer dapat menambah laba dengan menambah jenis produk. Dan lini produk terlalu panjang, bila manajer dapat meningkatkan laba dengan mengurangi lini produk.
Mengisi lini produk, alasannya:
1. Mencari laba tambahan
2. Mencoba memuaskan agen penjual yang mengeluh kehilangan penjualan, karena tidak adanya produk dalam lini tersebut.
3. Mencoba menggunakan kapasitas lebih
4. Mencoba menjadi perusahaan semua lini yang memimpin
5. Mencoba mengisi lubang agar pesaing tidak masuk.
Modernisasi lini produk: mempermudah tampilan produk agar sesuai dengan perkembangan jaman.
Menonjolkan lini produk: memilih satu atau beberapa produk untuk menjadi unggulan.

Pemberdayaan Perdagangan Ritel
Pemerintah melalui PD pasar dianggap menjadi salah satu penyebab menurunnya daya saing pasar tradisional dihadapan ritel moderen. Pemerintah diharapkan dapat mengatur ekspansi minimarket serta toko retail moderen lainnya, tetapi pengaturan tersebut harus dibarengi dengan peningkatan daya saing pasar tradisional. “Pasar tradisional itu 95% milik Pemda [Pemerintah Daerah], sekarang kita jadi korban antara peritel modern dan pemerintah. Pasar tradisional sangat terlambat dilakukan revitalisasi sementara retail moderen tumbuh pesat,” ujar Ngadiran, Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPI) saat dihubungi Bisnis hari ini. Dia menjelaskan selama ini pedagang pasar selalu membayarkan uang kebersihan, keamanan serta perawatan, tetapi pedagang tidak menikmati pasar yang bersih, aman maupun terawat sehingga dapat mengundang konsumen. Selain itu Pemerintah juga dianggap kurang tegas dalam menata minimarket maupun toko moderen lainnya.
Ngadiran mengaku tidak anti dengan toko moderen, tetapi penataan lokasi toko moderen sangat diperlukan agar tidak saling mengganggu dengan pasar tradisional maupun warung pemukiman. Pembekuan minimarket tentu akan berdampak bagi jumlah pengangguaran, oleh sebab itu pemerintah harus arif memilah kedua kepentingan, termasuk kepentingan warung pemukiman dan pasar tradisional agar dapat bersaing secara adil dengan pasar modern. “Harusnya [ritel modern] ditata dengan baik, tempatnya di mana. Pasar tradisional dan warung juga harus ada penyuluhan, pemberian kredit dan modal. Jangan sampai hanya ditarik retribusi tapi tidak diurus,” tegas Ngadiran.
Dia berharap pemerintah dapat membangun sarana fisik pasar yang lebih layak, sekaligus juga mengembangkan sumber daya manusia (SDM) di apsar tradisional agar dapat mengelola pasar dengan baik seperti layaknya ritel moderen. Dia juga meminta transparansi dari Pemerintah mengenai uang distribusi dan pembangunan pasar, selama ini asosiasi tidak pernah diikutsertakan, bahkan tidak mengetahui pasar mana yang direvitalisasi dan diberikan dana.
Menurutnya, dengan keadaan seperti ini pendapatan pasar tradisional turun hingga lebih dari 30% dalam tiga tahun terakhir. “Warung di pemukiman biasanya belanja di pasar tradisional, karena omzet warung menurun, itu berdampak langsung bagi pasar tradisional,” katanya. Hal itu berbanding terbalik dengan tingginya angka kunjungan ke minimarket di daerah pedesaan di Pulau Jawa yang menunjukan peningkatan 38% untuk pembelian barang konsumsi di luar rokok dan produk segar (seperti sayur mayur, buah dan daging) sejak 2007 hingga 2010.
Hasil riset The Nielsen Company itu juga menunjukan peningkatan pengeluaran tiap rumah tangga yang mencapai 87% dibandingkan 2007 yang hanya berada pada kisaran Rp250.000 untuk pembelian barang konsumsi di luar rokok dan produk segar (seperti sayur mayur, buah dan daging). Namun demikian warung masih menjadi pilihan bagi 81% penduduk di wilayah pedesaan di Pulau Jawa. Sementara di wilayah perkotaan 52% rumah tangga lebih memilih retail modern untuk berbelanja produk konsumsi di luar rokok dan produk segar (seperti sayur mayur, buah dan daging).
“Pasar di Indonesia ini sangat luas, seharusnya setiap lini retail tidak saling mematikan, melainkan memperluas penetrasi pasar,” ujar Soon Lee Lim, Director of Consumer Panel Service Nielsen mengenai pola belanja konsumen di ritel modern dan tradisional.

Keunggulan Perdagangan Ritel
Perdagangan ritel merupakan jenis usaha yang paling banyak dijalankan orang. Dari warung rokok pinggir jalan, warung kelontong yang dibuka di teras rumah, mini market, hingga hypermarket merupakan jenis bisnis ritel yang serung kita temukan. Selain mudah dijalankan, bisnis ritel juga serung dijadikan sebagai bisnis sampingan untuk membantu menigkatkan pendapatan keluarga. Seperti toko atau warung kelontong yang dibuka diteras rumah bisa dijalankan . begitu juga dengan modal yang diperlukan, juga bias disesuaikan dengan skala bisnis ritel yang akan dijalankan. Bila modalnya terbatas, kita dapat membuka bisnis ritel dengan jumlah barang terbatas serta konsumen yang terbatas pula. Namun ketika berkembang, usaha ini pun terbuka peluangnya untuk berkembang menjadi usaha ritel dengan skala menengah.
Ritel modern di Indonesia memang memberikan beberapa manfaat, namun keberadaannya juga menuai banyak persoalan. Pertama, keberadaan ritel modern terbukti mematikan warung-warung tradisional terutama terkait dengan trend pergeseran kebiasaan konsumen di atas. Data dari Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menunjukkan jumlah pedagang pasar tradisional di wilayah DKI Jakarta mengalami penurunan dari 96.000 orang menjadi 76.000 pedagang. APPSI juga menyebutkan bahwa sekitar 400 toko di pasar tradisional tutup setiap tahunnya.
Selain itu, ritel modern juga tidak berkontribusi pada perkembangan, bahkan justru mematikan pemasok-pemasok kecil lokal, terutama UKM. Awalnya, pemerintah berharap UKM dapat memperoleh peran sebagai pemasok dalam ritel modern. Jumlah UKM yang menjadi pemasok ritel modern memang mencapai 67% dari total keseluruhan jumlah pemasok, namun produk yang disuplai oleh UKM hanyalah 10% dari total barang yang dijual di suatu ritel modern. Hal ini terjadi karena syarat perdagangan yang ditawarkan oleh ritel modern terlalu berat untuk dipenuhi UKM. Salah satu persyaratan yang sangat memberatkan UKM adalah listing fee.

Kebijakan Harga Dalam Perdagangan Ritel
Kedua, kebijakan harga (pricing). Perlu adanya aturan-aturan hukum tentang kebijakan penentuan harga yang fair disertai sanksi hukum yang jelas atas pelanggarannya. Kebijakan harga ini akan mencegah peritel modern menjual produk dengan harga jauh lebih murah dari pasar tradisional dan bahkan di bawah biaya produksi.
sumber : http://agi3l.wordpress.com/2011/03/24/105/

KESEMPATAN PASAR

Pasar Potensial Ritel
PASAR MODERN :: Fenomena Keberadaan Pasar Modern Fenomena pasar modern di zaman modern ini sudah seperti jamur yang tumbuh subur di musim hujan Di manamana, terutama di kota besar, banyak dijumpai pasar modernAsuransi Zurich Garap Pasar Ritel – KOMPAS.com elama ini bergerak di pasar korporat, Asuransi Zurich mulai serius menggarap pasar ritel di Indonesia geoEDUPLANET Perempuan sebenarnya memiliki kemampuan yang sama dengan lakilaki dalam berbisnis Yang perlu diperhatikan adalah memilih bisnis yang cocok untuk dirinyaConsulting selling leads-Consulting,Business,Information Services … Consulting Company Global Project Ukraine provides professional consulting services, assistance in organization of effective business processes for internationalarasel Teknik Strategi Distribusi Eceran Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibutuhkan strategi distribusi yang tepat untuk menyalurkan barang atau jasa Pasar Potensial Ritel.
Ritel adalah ujung tombak bagi marketer dalam memasarkan produknya. Semakin kuatnya pengaruh ritel di konsumen membuat ketergantungan marketer terhadap peritel juga semakin besar.
Namun demikian masih banyak peritel yang lebih bermental pedagang. Hanya menjadi perantara yang mengambil marjin setinggi-tingginya. Padahal banyak sekali aspek marketing yang bisa dijalankan supaya hubungan antara marketer dengan konsumen (lewat ritel) bisa berjalan harmonis.
Dari sisi konsumen, pada jaman sekarang ritel bukan sekedar toko. Ada keterlibatan emosional yang harus dibangun dengan pelanggan. Ada unsur kepuasan yag harus dijaga terus menerus. Ada brand experience yang harus dirasakan oleh konsumen. Itulah sebabnya peritel pada masa sekarang ini juga harus memiliki strategi marketing yang jitu.
Oleh karena itu bisnis ritel harus dapat berinovasi secara berkesinambungan …. Menurut Barry Lemmon, Global Head of Retail & Shopper Insights, TNS International, landscape bisnis ritel dalam beberapa tahun ke depan akan bergerak mengikuti perkembangan teknologi dan bertransformasi secara menyeluruh …. konsumen akan lebih banyak berinteraksi kepada para penjual dan pemasok, dengan mengoptimalkan kapabilitas jaringan melalui media online maupun komunitas yang semakin berperan besar dalam hubungan dan interaksi sosial …. Customer involvement dalam tahapan awal pengembangan produk menjadi semakin penting, serta masa depan dari industri ritel adalah people-power melalui peningkatan tawar konsumen secara bersama-sama dan terorganisir.

Memulai Bisnis Ritel
Memutuskan untuk memulai bisnis ritel menjadi pilihan yang sangat tepat dalam kondisi saat sekarang. Dewasa ini banyak masyarakat yang mengadopsi gaya hidup yang modern dan mengutamakan kenyamanan dan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan harianya. Semakin dekatnya toko ritel dengan kawasan pemukiman penduduk serta dengan iming-iming harga murah, pilihan barang yang bervariasi, hal ini jelas memberikan solusi bagi masyarakat yang kian sibuk, suami istri bekerja, yang tidak ada waktu lagi untuk berbelanja di pasar tradisional yang jauh dari rumah, becek serta jam buka yang pendek. Sementara itu kebutuhan akan 9 bahan pokok, perawatan tubuh, perlengkapan rumah tangga, perlengkapan bayi sampai makanan ringan kian hari makin meningkat.
Dimasa mendatang jumlah konsumen dalam katagori usia 11 sampai 50 tahun adalah konsumen potensial, terus tumbuh dan bertambah, Dengan demikian keuntungan berlipat dan bisnis yang terus tumbuh bukan hanya impian semata namun sudah menjadi kenyataan. Selain faktor keuntungan fakta membuktikan bahwa bisnis retail tumbuh dengan pesat sepanjang jaman, itu terbukti pada saat semua sector bisnis terpuruk karena krisis ekonomi th 1998, bisnis ritail tidak berdapak bahkan semakin berkembang.
Disamping itu, bisnis ini merupakan mata pencaharian yang paling banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari, umur bisnis ritel atau berdagang juga paling panjang di banding sektor lain, Orang berdagang sudah ada sejak jaman dahulu sebelum modernisasi membuka peluang kesempatan kerja. Berdagang sudah menjadi mata pencaharian umum sebelum pabrik2 mulai dibuka dan merekrut ribuan tenaga kerja.
Sejak zaman nenek moyang kita, penjual beras, sayur dan buah2an sudah meramaikan pasar tradisional kita semua orang bisa dengan mudah menjalankan bisnis ini. Seiring dengan pekembangan jaman, saat ini bisnis retail sudah mulai dikelola dengan system yang modern dan canggih, dari yang menjanjikan harga murah hingga yang memberikan atmosfir yang berbeda di tokonya. Tak heran persaingan bisnis ritel semakin hari semain memanas. Toko kelontong memang masih bertebaran di sudut perkampungan tetapi konsep bisnis retail modern lebih menjanjikan.
Namun masih banyak orang yang belum paham betul untuk mengelola bisnis ritel mereka secara modern.
Ada 5 (lima) elememen penting yang belum di pahami oleh orang yang akan membuka bisnis ritel atau minimarket, Menapa 5 elemen ini penting?, karena jika Anda tidak betul-betul memahaminya, ini akan berdampak pada merosotnya bisnis ritel Anda yang berujung pada penutupan bisnis tersebut, 5 elemen tersebut adalah :
1. Location, Bagaimana Anda memilijh lokasi yang cocok untuk bisnis Anda.
2. Design Store, Bagaimana Anda men design store agar lebih hidup.
3. Marketing/Promotion, Bagaimana memilih product, menetapkan harga dan membuat promosi yang tidak ada habisnya.
4. SOP (Standard Operating Procedure), Bagaimana Anda membuat SOP sederhana akan tetapi efektif di jalankan.
5. IT (Information Technology), Bagaimana Anda memilih Software terbaik yang cocok untuk bisnis Anda.

Eksistensi Bisnis Ritel
Keberadaan pasar modern memberikan banyak pilihan bagi konsumen dalam menentukan lokasi berbelanja. Apalagi belakangan ini jumlahnya juga semakin banyak. Namun, bagi pebisnis pasar tradisional, tentu memiliki arti lain. Ketatnya persaingan bisnis ritel mendorong para pengusaha untuk melakukan terobosan dalam strategi berdagang, baik menyangkut kemasan toko, pelayanan, hingga soal harga produk. Hal ini tentunya akan memberi keuntungan lain bagi para calon pembeli. Singkat kata,dalam urusan berbelanja,kondisi ini benar-benar memanjakan para konsumen.
Konsumen juga memegang kendali dalam menentukan hidup matinya sebuah toko modern, bahkan berpengaruh dalam pertumbuhan pasar modern. Bagi pebisnis ritel, karakter masyarakat akan menjadi pertimbangan dalam mengembangkan usahanya. Executive Director dari Retail Measurement Services Nielsen,Teguh Yunanto menuturkan, peritel akan melihat populasi penduduk sebagai salah satu pertimbangan dalam membuka toko.
Namun, seiring perpindahan lokasi permukiman ke daerah pinggiran, toko cenderung tumbuh di daerah tersebut dan menurun di kota besar. Hasil Nielsen Retail Establishment Surveyyang dilakukan pada akhir 2010 secara keseluruhan memperlihatkan lanskap ritel Indonesia menurun 1,3% dilihat berdasarkan jumlah toko. Hingga akhir 2010, tercatat 2.524.111 toko tersebar di Indonesia terdiri atas pasar tradisional dan modern. Sebarannya 57% di Pulau Jawa, 22% di Sumatera, dan 21% sisanya di pulaupulau lain. Dari hasil survei tersebut yang cukup menarik adalah menyangkut persaingan antara pasar tradisional dengan modern.
Ritel modern mencakup hal yaitu pendekatan manajemen kategori dan manajemen rantai pasokan. Dalam konteks ini, manajemen kategori dapat dipahami sebagai suatu pendekatan cara penanganan barang pada tingkat kategori melalui klasifikasi yang terstruktur dan sistematis pada bauran produk
Sementara itu, paradigma baru dalam manajemen rantai pasokan barang menempatkan retailer dalam suatu titik/mata rantai dalam jalur distribusi/pasokan barang yang bersama-sama dengan pihak supplier menjadi bagian dari proses menyeluruh arus penyediaan barang dari hulu ke hilir. Paradigma baru ini menuntut adanya kesamaan persepsi antara supplier dengan retailer dalam memandang pemenuhan kebutuhan dan kepuasan konsumen sebagai tujuan akhir proses.
sumber : http://agi3l.wordpress.com/2011/05/04/pasar-potensial-ritel-memulai-bisnis-ritel-eksistensi-bisnis-ritel/

METODE OPERASI RITEL

Ritel dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Supermarket tradisional
  supermarket tradisional melayani penjual makanan, daging, serta produk-produk makanan lainnya, serta melakukan pembatasan penjualan terhadap produk-produk nonmakanan      
 b. Big-box retailer
 Pada format big-box retailer, terdapat beberapa jenis supermarket, yaitu  supercenter, hypermarket, dan warehouse club.
v  Supercenter adalah supermarket yang mempunyai luas lantai 3.000 hingga sebanyak 30-40% dan produk-produk nonmakanan sebanyak 60-70%   
v    Hypermarket merupakan supermarket yang memiliki luas antara lebih dari     18.000 meter persegi dengan kombinasi produk makanan 60-70% dan produk-produk umum 30-40%. Memiliki persediaan lebih dari 25.000 item yang meliputi produk makanan, perkakas (hardware), peralatan olahraga, furnitur, perlengkapan rumah tangga, komputer, elektronik, dan sebagainya.
v  Warehouse ukurannya antara lebih dari 13.000 meter persegi dan lokasinya biasanya diluar kota, produk yang dijual meliputi makanan dan produk umum biasa lainnya
C.      Convenience Store
Luas lantai ritel jenis ini berukuran kurang dari 350 meter persegi, convenience store ditunjukan kepada konsumen yang membutuhkan pembelian dengan cepat tanpa harus mengeluarkan upaya yang besar dalam mencari produk-produk yang diinginkannya
        d. General Merchandise  retail
Jenis ritel ini meliputi toko diskon, toko khusus, toko kategori, department store, off-price retailing, dan value retailing.
 
Pengelompokan Berdasarkan Sarana yang Digunakan
*Penjualan Melalui Toko
Pada ritel yang menggunakan toko  untuk pemasaran produk, jelas bahwa terdapat aktivitas pendistribusian produk dari pedagang grosir (wholesaler).
Penjualan Tidak Melalui Toko
       Ritel Elektronik
Ritel elektronik menggunakan komunikasi dengan pelanggan mengenai  produk, layanan, dan penjualan melalui internet.
Katalog dan pemasaran surat langsung
Pemasaran melalui katalog terjadi ketika perusahaan mengirimkan satu atau bahkan lebih katalok produk kepada  penerima  yang terpilih, biasanya katalog dibuat  dalam bentuk cetakan, tetapi terkadang juga dalam bentuk CD,Video atau secara  online. Sedangkan pemasaran surat  langsung (direct mail) terdiri atas pengiriman tawaran, pemberitahuan, pengingat , atau barang-barang lain kepada sesorang di alamat tertentu
Penjualan Langsung
Penjualan langsung (direct selling) adalah sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih media iklan untuk menghasilkan tanggapan dan atau transaksi yang dapat  di ukur pada suatu lokasi penjualan tertentu.
Pengelompokan Berdasarkan Kepemilikan
  •    Pendirian toko tunggal atau mandiri
Ritel tunggal atau mandiri adalah ritel yang dimiliki oleh seseorang atau kemitraan dan tidak dioperasikan sebagai bagian dari lembaga ritel yang lebih besar.
  • Jaringan perusahaan
Ritel yang dimiliki dan dioperasikan sebagai satu kelompok oleh sebuah organisasi.
  • Waralaba
Waralaba (franchising) adalah ritel yang dimiliki dan dioperasikan oleh individu tetapi memperoleh lisensi dari organisasi pendukung yang lebih besar.
sumber : http://anggaharpeges.blogspot.com/2012/03/bisni-ritel.html
 

!! lullaby !! Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting